Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gubang : Tarian Tradisional Unik dari Jemaja, Anambas Kepulauan Riau


Sabtu malam 9 September 2017 saya berkesempatan menyaksikan pertunjukan seni tradisional Gubang, di Mall Tanjungoinang City Centre. Tarian ini unik menurut saya karena penari menggunakan kostum yang unik dan topeng. Biar tidak pembaca tidak penasaran, berikut saya jabarkan tentang Gubang berdasarkan sumber dari Balai Pelestarian Nilai Budaya ( BPNB) Kepri.

Gubang adalah seni dan musik tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Jemaja, Kabupaten Anambas, Provinsi Kepuluan Riau. Kesenian ini diperkirakan telah berusia lebih kurang 500 tahun. Kesenian Gubang pertamakali dikembangkan di Dusun Bayur dan Dusun Air Kenange Desa Mapuk Jemaja.

Sejarah Kesenian Gubang

Terdapat dua versi tentang keberadaan kesenian Gubang. Versi pertama menyatakan bahwa kesenian Gubang berasal dari masyarakat Suku Laut yang menjadi perampok atau bajak laut di sekitar laut Cina Selatan. Setelah berhasil merampok, para perampok tersebut mengadakan pesta yang meriah. Mereka menghibur diri dengan alunan music tari dan nyanyian sesuka hati. Dari kebiasaan pesta tersebut, kemudian berubah menjadi sebuah kesenian yang disebut Gubang.

Versi kedua, menyebutkan kesenian Gubang berasal dari sebuah permainan orang Bunian (makhluk alam ghaib yang menyerupai manusia) yang dimainkan pada malam hari hingga fajar menyinsing. Kesenian ini pertama kali disaksikan oleh beberapa penduduk kampung (nelayan) yang pergi ke laut mencari ikan ke daerah Mampok. Kata Mampok diambil dari nama pohon kayu yang dahulu banyak tumbuh di daerah tersebut.

Saat para nelayan sedang asyik memancing ikan di Teluk Mampok, sayup sayup terdengar suara musik di sekitar tempat mereka mencari ikan, seperti ada sebuah pesta atau keramaian. Awalnya suara tersebut mereka denganr cukup jauh dan sayup sayup, tetapi semakin lama terdengar semakin jelas. Bunyi gendang, gong dan teriakan menjadi satu, sehingga menciptakan sebuah irama yang riang.

Para nelayan yang menyaksikan permainan tersebut, kembali pulang ke rumah dan mencoba mengingat dan mengikuti cara cara permainan yang dilakukan oleh orang Bunian. Akhirnya mereka meniru permainan tersebut sebagai hiburan di kampong tempat mereka tinggal.

Kesenian Gubang pada awalnya ditujukan sebagai sarana pengobatan dan tolak bala. Orang Melayu Jemaja tempo dulu percaya bahwa dengan melaksanakan pementasan Gubang bisa mengobati dan menolak bala.

Seiring dengan perkembangan zaman, kesenian Gubang kemudian ditampilkan pula pada acara pernikahan, kenduri khitanan atau hari-hari besar lainnya.

Pada awal kelahirannya, kesenian Gubang lebih dikenal sebagai permainan Ka atau topeng Ka, yang berasal dari kata Kelaka yang berarti lucu. Kesenian ini dimainkan di atas panggung yang disebut selasar buang, yaitu pentas/panggung yang dibuat dari bamboo.

Selesai bermain, pentas dirobohkan dan bahannya ( selasa buang). Jumlah pemain topeng Ka tidak terbatas. Siapa saja boleh ikut menari dengan nsyarat memakai topeng yang terbuat dari kayu dan berbentuk lucu atau menyeramkan.

Penari topeng Ka menggunakan pakaian bebas (beraneka warna). Para penari mengikuti alunan alat music yang terdiri dari enam atau delapan gendang rebana, dua buah gendang panjang, satu gong, dua tetawak dan satu serunai. Gendang panjang dan gong hanya dimainkan untuk mengiringi lagu pembukaan dan lagu terakhir. Lagu lagu lain diiringi dengan alat music gendang rebana, tetawak dan serunai.

Lagu Lagu dalam Kesenian Gubang
Kesenian Gubang dimulai dengan lagu pembukaan yang disebut lagu Gendang Panjang. Lagu pembukaan ini terdiri dari 10 buah lagi, tetapi tidak semua harus dinyanyikan. Biasanya tiga, tujuh atau Sembilan lagu.

Dalam sebuah pementasan Gubang, lagu pembukaan seringkali hanya dimainkan tiga lagu, yaitu tambo dua tambo tiga. Setelah selesai, lagu gendang panjang, barulah lagu lagu lain dinyanyikan secara berurutan. Keseluruhan lagu pada kesenian Gubang berjumlah 28 lagu dan paling terakhir adalah lagu Lanang.

Jenis Topeng yang Digunakan
Kesenian Gubang mengalami banyak perubahan pada zaman penjajahan Belanda. Pada masa itu wilayah Anambas secara administrasi masuk ke dalam Kawedanaan Pulau Tujuh, dan daerah Jemaja dipimpin oleh seorang Datuk Kaya.

Datuk Kaya biasanya menggunakan pakaian seperti tuan tanah Belanda yaitu baju koat, topi dan sepatu. Pakaian Datuk Kaya kemudian dipakai sebagai kostum kesenian Gubang. Sejak saat itu, kesenian Gubang dibuat menjadi dua versi tarian, pertama topeng Ka dan kedua topeng lawa ( cantik) atau biasa disebut topeng bangkung.

Topeng lawa dimainkan oleh tiga atau empat kelompok penari. Tiap kelompok terdiri dari tiga atau empat pasang penari. Penari topeng lawa mengenakan baju koat atau jas, topi bangkung, sepatu, selendang untuk menutupi muka dan senter besi sebagai property. Pakain penari Gubang topeng lawa lebih rapi dan kelihatan gagah dengan gerak tari yang lembut dan tertata rapi.

Sejak adanya topeng Lawa dalam kesenian Gubang, para seniman membuat sedikit perubahan pada pementasan topeng Ka dengan menambah alat music yang khusus dimainkan penari topeng Ka pada saat berjalan dari ruangan tempat mengenakan kostum menuju panggung.

Alat music tersebut terdiri dari tempurung pekak, tali asuk, serunai bansi, gendang meruas, harmonica, alkodian kecil, peluit panjang dan canang. Pada saat berjalan menuju panggung, penari topeng Ka juga membawa alat penerang yang disebut kijai. Alat ini terbuat dari serbuk yang kering kemudian dicampur dengan minyak yang kental, kemudian dibungkus dengan daun palah ( sejenis daun pinang). Pohon ini banyak tumbuh di semak belukar di Pulau Jemaja.

Saat ini kesenian Gubang masih dimainkan dalam berbagai kegiatan kebudayaan yang dilaksanakan pemerintah, seperti festival tari dan pementasan kesenian. Namun, sangat disayangkan kuantitas pertunjukan kesenian Gubang semakin menurun sehingga dapat dikatakan mengalami ancaman kepunahan. Hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain kurangnya minat generasi muda saat ini sehingga seniman Gubang tidak dapat melakukan regenerasi. Selain itu juga minimnya kesempatan untuk mendapatkan bantuan dan binaan yang diperlukan para seniman Gubang.

Btw Bang Uma mau nyoba menari Gubang Gubang

                                                ********************************
Sumber : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri

23 komentar untuk "Gubang : Tarian Tradisional Unik dari Jemaja, Anambas Kepulauan Riau "

  1. Unik banget tarian gubang.. Jadi penasaran pengen nonton.

    BalasHapus
  2. masih ngebayangin gerakanya, coba ada videonya

    BalasHapus
  3. wah unik nama mallnya kak , tanjungoinang *lalu disambit konde bu dewan

    BalasHapus
  4. Pernah lihat tarian ini di Festival Tari Kepri. Suka tariannya!

    BalasHapus
  5. Baru tahu tentang tarian ini. Sejarah awal yang dari tarian Bunian cukup bikin merinding juga ya :'D tapi tarian Gubang ini unik, lengkap dari musik sampai topeng2nya gitu. Bener2 perlu dilestarikan supaya nggak punah :'(

    BalasHapus
  6. Aiiih sedikitkah orang2 yang antusias menyaksikan gubang? Padahal kece abis meski aku cuma tau narasinya saja

    Kalau terancam punah gini, seharusnya pemerintah setempat sudah harus lebih peka. Misal menjadikan gubang sebagai hiburan pembuka apabila ada kunjungan tamu2 pemerintah. Boleh juga jadi hiburan wajib saat ada mahasiswa wisusa. Juga, seharusnya mereka mencanangkan untuk membuat festival gubang atau kegiatan yg memviralkan gubang. Boleh nih seperti kegiatan memecahkan rekor muri: 1000 penari gubang. Diadain lomba blog, hunting foto video yg mengulas tentang gubang. Boleh juga ngadain lomba mural bertema gubang, dll. Pokoknya menjadikan gubang untuk viral. Ya semuanya harus dimulai dari pemerintah sih. Tapi kayaknya perlu banget ada yg njawil2 si pemerintah deh

    BalasHapus
  7. Gubang....
    Baru dengar ini. Maklum org Jawa. Bagus ya, bs melestarikan budaya jaman dulu terlepas dr asal usulnya bagaimana. Kalau di tempatku, nari2 udah jarang. Aku aja gak tau tari apa yg khas

    BalasHapus
  8. Deskripnya menarik nih Gubang, tapi visualisasinya kurang ya Mbak :'( gak ada videonya, kah?

    Lihat di gambar, pertama, sih, topeng-topeng yang dipakai kaya di video klip Lazy Song Bruno Mars, ya :-)

    BalasHapus
  9. Jadi penasaran sama tarian lengkapnya. Soalnya di foto kok cuman dua foto jd susah ngebayangin tariannya kak.

    Tapi tarian ini perlu banget di lestarikan banget nih kak. Budaya tradisional indonesia soalnya

    BalasHapus
  10. gerakannya gimana si kak? penasaran. apalagi pakai kostum begitu

    BalasHapus
  11. Senang deh bacanya. Di setiap budaya pasti ada cerita dibaliknya. Biasanya cuma sebatas nama pentasnya saja. Sekarang jadi tahu sejarahnya. Terima kasih, Mbak.
    Pengen tahu tariannya ih. Cari videonya ah.

    BalasHapus
  12. Unik ya tariannya. Dan bernuansa mistis ini. Aku belum pernah lihat tarian ini mbak, kayaknya memnag jarang ditampilkan. Ia kan? Atau aku yg kuper ini ya? Hmmm

    BalasHapus
  13. aku tertarik dgn orang bunian, kupikir hal ttg itu cuma beredar di daerahku tinggal saja. tp ternyata jg ada di wilayah lain yak.

    hmm berarti tarian ini cukup mistis dilihat dr sejarah terciptanya..

    BalasHapus
  14. Aku ingin play videonya tapi kuota tidak memungkinkan :(
    Penasaran. Deskripsinya menarik, gak ribet bahasanya jadi enak dibacanya. Tapi masih bingung sih. Visualnya kurang :/

    Semoga tarian gubang ini tetap dilestarikan dari generasi ke generasi ya biar gak hilang~

    BalasHapus
  15. wah, baru tau tarian ini. cocok jadi konten di sosmed nih. itu penarinya khusus laki-laki kah ka? Pertunjukkan seni daerah jarang peminat sih ,jadi jarang juga diadain, paling kompetisi aja, bukan pementasan bebas gitu. tapi tetep deh, dengan adanya tulisan ini, semoga masyarakat indonesia makin tau kekayaan budaya yang dimilikinya. hihi

    BalasHapus
  16. I wish Ada video biar bisa paham bukan sekadar narasi aja, karena aku bingung. mungkin karena sudah malam.

    Kesenian ini unik
    Aku harus nonton langsung ini nanti di daerahnya

    BalasHapus
  17. I wish Ada video biar bisa paham bukan sekadar narasi aja, karena aku bingung. mungkin karena sudah malam.

    Kesenian ini unik
    Aku harus nonton langsung ini nanti di daerahnya

    BalasHapus
  18. Wahbh aku baru dengar tarian ini seumur hiduoku..
    Luar biasa Indonesia penuh dengan tarian..
    Pengen nonton tariannya jugaaaa..

    BalasHapus
  19. Gubang malah mengingatkanku dengan bahasa Korea `kyoubang`.
    Artinya apaa...?
    ((mari kita colek Mifta dulu..hahhah...))

    BalasHapus
  20. wow... sudah berumur 500 tahun. udah tua juga nih tarian ya. sayang juga ya kalau jarang ditampilkan, padahal mustinya dilestarikan.

    BalasHapus
  21. Kayaknya asal usul tariannya lebih masuk akal dari para pelaut ya :) ehehe

    BalasHapus
  22. Saya baru tahu tentang kesenian Gubang. Unik juga ya, menari dengan kostum yang unik. Kesenian ini harus dipertahankan. Jangan sampai punah. Semoga saja seniman Gubang yang sudah senior bisa mengajari kesenian ini pada generasi yang lebih muda.

    BalasHapus
  23. Kebanyakan dari budaya tari suku di Indonesia mulai terpinggirkan akibat perkembangan teknologi informasi dunia. AKhirnya tarian-tarian itu hanya dipakai pada saat khitanan, dan sebagainya..

    BalasHapus