Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kedermawanan Suamiku Menghantarkannya ke Tanah Suci


Dulu saya sering mengomel kepada suami yang sangat derwaman kepada orang lain. Baik itu keluarga, teman, tetangga bahkan orang lain yang dinilai butuh bantuan. Bukan karena saya pelit, tapi kedermawanan dia kadang berlebihan. Sementara orang yang dibantu kadang tidak peduli dan tak pernah membalas kebaikan dia. Saya sendiri juga sering membantu orang lain, tapi tahu batasnya dan melihat situasi kondisi orang yang akan dibantu.

Tapi, sejak suami saya pergi Umroh gratis ke tanah suci tahun 2011 lalu, saya tidak lagi mengomel seperti waktu dahulu jika ia membantu orang lain. Saya malah belajar dari kedermawanan dia yang sering bersedekah ternyata memberikan manfaat yang luar biasa.

Ya, dengan kebaikan dan keikhlasannya sering membantu orang lain, suami saya bisa berangkat Umroh atas biaya dari pamannya. Sebuah perjalanan spiritual yang dimimpikan suami saya sejak lama dan akhirnya terwujud. Ada haru yang luar biasa ketika melihatnya memakai kain ihram meski dari foto ketika berada di tanah suci Mekah. 

"Makanya jangan suka mengomel kalau Abang membantu orang lain. Allah pasti membalasnya dengan cara yang tidak kita tahu dan bisa juga melalui orang lain," nasehatnya kepada saya.

Ya, Allah memang membalas segala kebaikan suami saya kepada sejumlah orang melalui tangan keluarga jauhnya. Sebuah rezeki yang tidak diduga dan tidak pernah terpikirkan oleh suami saya sebelumnya.

Rezeki itu bagai durian runtuh itu ketika saya sedang berkunjung ke rumah mertua membawa anak yang masih bayi main dengan neneknya. Saat itu ada Abang ipar yang baru datang dan memberitahukan jika paman jauh dari suami mengajak empat orang perwakilan dari tiap keluarga dari garis keturunan alm bapaknya untuk  berangkat umroh. 

Waktu itu nama suami saya tidak masuk dalam calon yang ikut. Tapi saya tahu dia berharap masuk karena ia sudah lama memimpikan ke tanah suci, sebab ia sering menonton channel tv Mekah yang menayangkan ibadah di Masjidil haram .

Waktu itu, jatah empat orang itu rencananya hanya untuk ayah mertua, ibu mertua dan dua orang Abang ipar. Namun ayah mertua yang sudah naik haji memutuskan suami saya harus ikut sehingga beliau dan ibu mertua mengundurkan diri. 

Sempat nama suami tidak jadi kandidat ketika ayah dan ibu mertua memutuskan tidak ikut. Malah adiknya yang diprioritaskan oleh Abang ipar. Namun ayah mertua menegaskan suami saya harus ikut karena ia tahu bagaimana suami saya berbakti kepada mereka selama ini.

Ya..meski sudah berkeluarga, suami nyaris setiap hari ke rumah orang tuanya. Meski sekedar menjenguk, mengurut ayah mertua atau membantu urusan rumah seperti buang sampah, perbaiki ini itu yang rusak dll. 

Proses untuk berangkat umroh pun lancar, dari mengurus dokumen hingga proses keberangkatan dll. Bahkan ketika keluarganya rata rata membuat acara doa selamat mau umroh, suami saya tidak ingin melakukan hal itu. 

Saat pulang umroh, suami hanya membawa 1 koper sesuai saat keberangkatan. Ada oleh oleh untuk anak dan tetangga. Yang bikin saya agak heran ia tidak membawa pulang sejumlah pakaian yang ia bawa saat berangkat. Bahkan kain ihram juga disedekahkan kepada orang lain 

Kembali ke tentang kedermawanannya, berikut sejumlah daftar kedermawanan suami yang saya ketahui (ingat) dan mungkin ada yang lain tidak saya ketahui karena tanpa sepengetahuan saya. 
1. Bersedekah banyak kepada pemulung dan pengemis
Suami saya sering bersedekah ketika melihat pemulung apalagi yang sudah tua. Saya sebelumnya tidak pernah terlalu memperhatikan karena saya pikir dia cuma memberi Rp 5 ribu atau 10 ribu. Tapi saya pernah protes ketika melihat jelas suami saya memberikan uang Rp 50 ribu kepada seorang nenek yang pekerjaannya memulung sampah. Saya bilang cukup 10 ribu saja dan suami saya malah mengatakan saya hitung-hitungan dalam beramal. #nundukmalu

2. Membiayai anak tetangga kebutuhan susu, makanan dan mainan
Ini terjadi saat Kami belum mendapatkan momongan hingga usia 5 tahun pernikahan. Di depan rumah ada tetangga yang punya anak bayi usia 1 tahun dan sering main di rumah. Saya dan suami sayang kepadanya karena bisa jadi teman pengusir sepi di rumah. Bahkan anak itu kadang menginap di rumah saya.

Oleh suami saya anak itu terlalu diperhatikan, bahkan susu formula untuk stok jika ia menginap di rumah juga disediakan. Belum lagi kebutuhan jajan dan mainan. Kondisi ini berlangsung hingga Kami mempunya anak sendiri atau sekitar 2 tahun lebih. 

Saya sering ngomel kalau ia sudah berlebihan membelikan jajanan dan mainan untuk anak itu. Bahkan saya sering mengadu ke mertua. Jika sudah seperti itu suami saya akan mengatakan saya pelit, sementara saya bersikukuh jika ia terlalu berlebihan kepada orang lain.

Kadang orang tua si anak seolah-olah memanfaatkan kebaikan suami saya. Ia sering meminjam uang namun oleh suami saya lebih sering diberi begitu saja. 

3. Memberikan dispenser dan tv kepada saudaranya.
Saya marah ketika balik dari pulang kampung, dispenser dan tv kecil yang saya beli saat ngekost tidak ada lagi di tempatnya. Itu terjadi saat usia pernikahan kami dua tahun. Kata suami saya daripada barang-barang itu tidak dipakai, lebih baik disedekahkan ke orang lain yang membutuhkan.

Memang dispenser dan tv itu tidak lagi saya gunakan, tapi mengapa harus memberikan kepada orang lain meski itu saudara jauhnya. Saya beralasan itu adalah barang-barang hasil kerja keras saya dan akan jadi kenang-kenangan.

4. Memberikan pakaiannya kepada kerabatnya.
Istri mana yang tidak gondok ketika membelikan pakaian untuk suami, eh ternyata malah diberikan kepada orang lain meski itu kerabat sendiri. Begitulah suami saya yang tidak suka menumpuk pakaian banyak. Menurutnya pakaian itu secukupnya saja dan karena itu ia sering heran melihat saya yang suka membeli pakaian. 

Karena alasan itulah dia suka memberikan pakaian kepada kerabatnya yang berkunjung ke rumah. Sementara saya hanya bisa menarik nafas ketika mengecek lemari pakainnya, sejumlah pakaian bahkan ada yang baru sudah tidak ada lagi. 

5. Masih banyak lagi kedermawanannya yang saya tidak bisa jabarkan detilnya  dan  mungkin ada saya tidak ketahui serta masih berlangsung hingga sekarang.

Oh ya..maaf tulisan ini bukan untuk Riya atau maksud apapun, tapi lebih cenderung kepada motivasi kepada diri saya sendiri supaya tidak hitung hitungan dalam bersedekah.






20 komentar untuk "Kedermawanan Suamiku Menghantarkannya ke Tanah Suci"

  1. Waah, aku sampai kehabisan kata-kata membacanya. Salam untuk suaminya Mbak, semoga Allah selalu melindungi dan mencurahkan rizkinya! Memang kekuatan sedekah sangat powerful :")

    BalasHapus
  2. Semoga istri saya juga membaca postingan ini mba hahahaa... sebagai manusia memang kadang selalu ada yang bertolak belakang dan bisa membuat situasi cukup panas. Tapi sebenarnya seperti pengalaman susmi mbak diatas bahwa semua yang kita beri pasti akan diganti berlipat-lipat oleh Tuhan YME

    BalasHapus
  3. suami yang menginspirasi.. nah mba berhenti ngomel ngomel ya hehe.. sayangi suamimu #halah smoga sakina mawaddah warohmah dan menginspirasi keluarga lain ya mbaaa

    BalasHapus
  4. Barakallah fiikum.
    Hanya Allah sebaik-baik tempat kembali.

    Janji Allah mengenai kebaikan walaupun sebesar biji zara - pun akan dibalas.
    Allahu Akbar.

    BalasHapus
  5. Luar hiasa suaminyaa Mbakk.
    Aku jadi memeriksa diri selama ini sudah tulus nggak sih membantu orang lain..
    Orang baik rejekinya lancar yah.
    Semoga bisa seperti suami Mbak memberi dengan Iklas.

    BalasHapus
  6. Barakallah.. Semoga selalu lancar rejekinya agar makin banyak sedekahnya

    BalasHapus
  7. Kebaikan dan dermawan selalu ada linpahan dariNya ya. Aku jadi belajar banyak dari postinganmu ini mba. Makasih ya

    BalasHapus
  8. sama mbak suamiku juga gitu.... kata beliau, kalau mau berbuat baik jangan ditunda-tunda dan jangan tanggung-tanggung, gitu.
    Alhamdulillah, imbasnya, tiap kali ada kesulitan atau butuh sesuatu selalu ada pertolongan dari arah yang tak terduga

    BalasHapus
  9. bener banget nih sedekah membawa kita berkah dan intinya kita mah harus baik dan berbagi aja insyallah rejeki akan datang ke kita dan pintu rejeki di bukakan selear lebarnya

    BalasHapus
  10. mohon maaf mbak, biar ga terkesan gimana gitu, apa ga sebaiknya fokus pada bagaimana paman bisa memberangkatkan suami mbak?

    cuman saran

    BalasHapus
  11. Daaan... "maaf" saya mungkin tak sedermawan suaminya, tapi insya Allah saya selalu berusaha memperhatikan orang2 disekitar yang memang layak kita bantu, tanpa pamrih. Sering juga saya di omelin sodara.. tapi da gimana kalau hati yang bicara masa iya tega melihat orang lain tertimpa musibah kita diamkan... Alhamdullilah, Allah menjawab dengan mendatangkan rezeki yang tidak terduga dari arah lain. Intinya, jangan takut bersedekah, berbagi sebesar apapun yang kita punya. *astagfirrullah, semoga ini bukan takabur ya*

    BalasHapus
  12. huwaaaaaaw keren baaaaanget
    turah-turah kalo ngasih

    saya aja, ngasih receh 2000 aja ke pengemis, eh dinyinyirin, kok ngasih banyak banget
    ya elah cuma dua ribuuuuu

    BalasHapus
  13. Sedekah TV, kalau di aku mending dijual, heheh
    Memang beda pemikiran yaaa. Walaupun pasti Allah bakal bales. Kalau memang akunya gak pakai atau gak butuh2 bgt ya emang dikasih ke org biar bermanfaat

    BalasHapus
  14. Ya Allah...suami idaman ya mbak...
    Insya Allah bakalan membimbing dan meneladani keluarga mbak....

    BalasHapus
  15. kayanya bapak bapak emang lebij cenderung royal ys mb.. maksudnya royal dlm bersedekah. suamiku jg begitu ga perhitungan orgnys.. dan kita selalu selamat krn kebaikannya.. sedekah memang nggak akan bikin rugi, malaj itu lah tabungan kita yg sesungguhnya. barakallah u suaminya mbak.. smg semangat sedekahnya menular ke kita semua

    BalasHapus
  16. Yang namanya kebaikan kalo diberikannya dengan hati ikhlas emang pasti berbalik ke kita ya, Mbak. Udah janji dari Allah itu mah gak bakal diingkari.

    BalasHapus
  17. Sedekah itu kaya memberi 1 mendapatkan 10, aku sangat mengingat pelajaran itu. Mau sedikitpun asal ikhlas insha allah berbuah manis. Pelajaran sedekah ini bener-bener bukan cuma teori atau praktek doang buat aku, hasilnya udah ada. Hasilnya bukan uangnya, tapi tenangnya. Hehe

    BalasHapus
  18. subhanallah mbak, sha bacanya terharu banget :')

    BalasHapus
  19. Masha Allah... Salut sama kedermawanan suami uni. Moga Allah selalu beri kemudahan rezeki buat uni sekeluarga ya. Aamiin...

    BalasHapus
  20. jadi pelajaran buat saya ini..makasih ya uni

    BalasHapus