Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Haruskan Berkorban Untuk Kepentingan Pribadi Orang Lain

Mendahulukan kepentingan orang banyak atau umum di atas kepentingan pribadi merupakan nilai-nilai luhur yang diamanatkan Pancasila. Tapi, mendahulukan kepentingan pribadi orang lain di atas kepentingan pribadi kita, apa hukumnya ? dan apakah harus dilakukan atau dipaksakan ? Ini menjadi dilema saya saat ini dan mohon jika berkenan beri komentarnya.thanks

Sebuah pesan singkat masuk, isinya seorang saudara mau pinjam uang untuk menebus emasnya di pegadaian karena masa pinjam sudah berakhir. Jadi jika tidak ditebus, emasnya akan dilelang.

Saya mengatakan tidak ada, karena kondisi saya sendiri juga butuh uang ekstra, mengingat banyak sekali pengeluaran bulan ini yang harus dibayar atau adanya banyak pengeluaran tak terduga.

Membalas jawaban saya, sepertinya ia marah. Memang saya punya uang meski tidak dalam bentuk tunai atau dalam bentuk perhiasan. Apakah saya harus menjual atau menggadaikan juga perhiasan saya demi membantu sodara itu ? Sedangkan untuk kepentingan pribadi saya, harus rela menunggu bulan depan.Atau haruskah saya memakai uang belanja dapur untuk kepentingan pribadi dia ?

Lagipula, sebelumnya saya juga sudah pernah meminjamkan uang yang harusnya saya kirimkan untuk keperluan wisuda adik. Bahkan saya harus "mengemis" saat meminta uang itu, karena jadwal wisuda adik saya sudah dekat. Bahkan saat ini pun, uang yang juga baru ia pinjam bulan lalu juga belum dibayar. Karena jumlahnya tidak banyak, saya pun tidak terlalu mengharapkan dibayar cepat.

Semoga keputusan saya tidak bisa membantunya demi kepentingan pribadi yang tidak terlalu penting, adalah benar.




3 komentar untuk "Haruskan Berkorban Untuk Kepentingan Pribadi Orang Lain"

  1. allow...bu..salam kenal:shakehand:
    kadang kita berada di posisi yang serba salah. dipinjamin, belum tentu dibalikin. gak dipinjamin, sodara pula...

    saya juga pernah mengalami spt posisi ini, waktu itu spy sodara yg mo minjam duit gak tersinggung, ngomong seadanya aja bahwa kita juga lagi butuh uang untuk keperluan yg gak bisa dikesampingkan.

    menurut saya, gak baik juga terlalu sering berkorban..

    BalasHapus
  2. mbak ina, sebelumnya thanks ya sudah kunjungan balik ke blog aq...menurut pengalaman mamaku, kalau sekali kita bantu..kemungkinan besar akan datang lagi minta bantuan lagi...lagi.. dan lagi..bukannya kita nggak mau membantu, tapi sikap kita tidak mendidik. jadi semenjak aq menikah, mama sudah berpesan kalau ada yang mau minta pinjaman uang, lebih baik kita kasih aja semampu kita berapa...jadinya sadaqoh, bukan hutang.soalnya hutang itu wajib di tagih dan wajib di bayar lho...sampai mati sekalipun...hehe...

    BalasHapus
  3. to rani dan michael
    thank udah mampir dan koment
    memang sulit kalau masalah pinjam meminjam dengan sodara
    betul juga sarannya, lebih baik dikasi saja semmpu kita dan iklhas.Soalnya kalau atas nama hutang, kadang ada rasa tidak iklhas jika tidak dibayar-bayar

    BalasHapus