Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menghapus Dendam Melalui Tulisan

hilangkan dendam..maafkan dan ciptakan bahagia

Pernahkah kalian sakit hati dengan apa yang diucapkan atau dilakukan orang lain kepada kalian ? Saya pernah, bahkan sampai dendam menahun. Karena sakitnya itu melekat di hati, menyelip di sisi otak yang tidak mudah hilang. Bertahun-tahun saya merasakan sakit hati dan dendam, bahkan saya merasakan ada beban yang selalu menggayut di bahu saya bahkan ternyata memberikan efek sakit pada tubuh.

Saya pernah sakit hati dan dendam kepada guru yang menghina ibu saya. Waktu itu saya masih ingat duduk di kelas 4 SD. Ada pelajaran keterampilan dan kami harus membuat keterampilan yang akan dinilai untuk menambah nilai raport.

Pada hari H penyerahan hasil keterampilan tangan, beraneka ragam hasil kerajinan yang dibawa teman-teman sekelas. Saya hanya membawa bunga dari kertas tisu. Nah, saat pengumpulan hasil kerajinan tangan ke meja guru, kami suka mengintip nilai yang diberikan oleh sang guru pada hasil keterampilan kami.

Saat menunggu antrian menyerahkan hasil keterampilan itulah, ada seorang teman yang membuat bunga lumayan bagus. Saya pun memujinya dengan mengatakan cantik. Teman saya menjawab, itu hasil keterampilan tangan yang diajarkan oleh ibunya.

" Wah..ibu kami pintar ya bikin bunga," puji saya
Teman saya cuma tersenyum tapi ibu guru malah menimpali dengan mengatakan " Memangnya ibu dia seperti ibu kamu yang pemalas dan tak tahu apapun "

Jleeeb..ucapan guru itu langsung menohok hati saya. Apalagi ada teman-teman yang mendengar menertawakannya. Saya hanya diam dengan mata memanas dan hati yang teramat sakit. Ya, ibu saya hanya ibu rumah tangga biasa, yang tak tamat SD . Tapi saya bangga karena ibu saya bisa mendidik saya, toh nyatanya saya selalu mendapatkan juara di kelas.

Saya heran mengapa ibu guru tega berkata seperti itu. Kalau dia bercanda harusnya tidak berkata seperti itu. Sejak saat itu, saya dendam kepada guru itu. Saat kenaikan kelas lima dan enam, yang mana berganti guru, saya selalu pura-pura tidak melihat dia di sekolah. Pokoknya kalau bisa saya tidak bertemu dengannya.

Saat tamat SD, saya senang sekali karena tidak melihat guru itu lagi. Wajah judesnya yang selalu membayangi  berusaha saya hapuskan dalam ingatan. Tapi, entah mengapa tidak bisa hilang. Apalagi saat melewati SD, saya selalu ingat guru itu. Apalagi rumah saya dekat dengan sekolah.

Dendam yang saya simpan bertahun tahun dan tidak terlampiaskan ternyata membawa efek tidak baik kepada saya. Wajah saya sering terlihat cemberut, dada saya sering sakit dan bahu saya sering berat. Aura wajah saya tidak memancarkan kebahagiaan. Dalam pikirannya hanya ingin membalaskan sakit hati suatu saat pada guru itu. 

Saya tidak pernah menceritakan sakit hati dan dendam saya pada guru itu kepada siapapun, meski orang tua sendiri. Saya simpan dalam hati dan pikirannya saya. Sehingga bertahun-tahun hingga saya tamat SMA masih menggelayuti di pikiran dan mengganjal di hati.

Hingga ketika saya belajar di sebuah lembaga keterampilan, pikiran saya mulai terbuka. Apalagi saya banyak membaca dan bertemu dengan orang orang baru yang membuka wawasan saya. Salah satunya adalah efek menulis terhadap sakit hati dan dendam. Kata seorang dosen pembimbing, menulis bisa sebagai ajang pelampiasan sakit hati.

Terinspirasi dari ucapan dosen itu, saya belajar meluapkan dendam dan sakit hati itu dalam tulisan. Saya menuliskan dalam bentuk cerpen. Hasilnya luar biasa, ketika saya usai menuliskan cerpen itu, ada lega yang luar biasa. Dada saya terasa lapang dan badan saya segar.

Saya menjadikan tokoh guru itu sebagai tokoh antagonis dalam cerpen saya. Saya menjadi tokoh protagonis. Pokoknya dalam cerpen itu saya berhasil membuat malu sang guru dan dia sadar bahwa ucapan dia yang dulu menghina saya salah, sebab saya berhasil menjadi orang sukses.

Akhirnya saya ketagihan menuliskan hal-hal yang mengganjal di hati melalui tulisan. Biasanya saya menuliskan dalam bentuk cerpen dan kadang puisi. Pelan dan pasti seiring waktu akhirnya saya menikmati menulis. Tapi bukan sebagai ajang melampiaskan dendam, tapi sebagai kreatifitas yang nyatanya bermanfaat sampai sekarang.

Saya sekarang lebih mudah memaafkan, ikhlas dan lapang dada. Saya juga merasa lebih baik, lebih sehat dan aura wajah juga terlihat lebih segar. Saya harus menciptakan bahagia saya tanpa terikat dendam. 

Yuk memaafkan...buang dendam...mari bahagia




15 komentar untuk "Menghapus Dendam Melalui Tulisan"

  1. Aku pun juga suka meluapkan hal-hal yang mengganjal hati dengan cara menulis mba. Writing is healing yaaa.. :)

    BalasHapus
  2. wah.. aku perlu coba ni, terima kasih ilmunya kak :)

    BalasHapus
  3. Aku agak susah mba meluangkan tulisan melalui dendam. Kuatir nanti keingat melulu kalau baca tulisannya mba. Hihihi. Tapi kalau berbagi yang lain mungkin bisa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya meluapkan dlm bentuk cerpen...Toh bisa membuat kisah sesuai keinginan kita..Klu perlu dibenyek tuh orang yg bikin sakit hati dlm cerpen .Kan cuma rekaan ha-ha-ha

      Hapus
  4. Memaafkan memang berat, tapi mencoba ikhlad dan melupakan akan lebih mulia dari apapun. Ya kan uni?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sudah melupakannya ..Bahkan lupa dgn guru itu hehe

      Hapus
  5. Kata itu memang tak pantas diucapkan, apalagi diucapkan seorang guru dan menjadi bahan tertawaan anak muridnya, tapi dengan hinaan itu, Uni jadi sukses menulis.

    Sekarang, apa kabarnya ibu guru itu Ni?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ia eka..Jadikan cambuk ..Biar yg hina kita jadi pecundang dan kita pemenang

      Hapus
  6. Aku susah hilangkan rasa sakit hati pada seseorang kak... makanya aku sekarang kurus..kepikiran, karena belum bisa memaafkan secara ikhlas...dah banyak istiqfar juga...semoga bisa terlupakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk dibuat cerpen..Jadikan dia tokoh antagonis...Klu perlu endingnya dia tu tersiksa hehehe .

      Hapus
  7. Wih.... Dendam yg bermanfaat jadi diluapkan lewat tulisan... Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..Ada lg cerpen lain dan dimuat di media massa...Tp orang tak tahu siapa..Hanya saya hehehe

      Hapus
  8. Tulisan itu sama kayak tempat mengadu.

    Kita bisa lega dibuatnya.

    BalasHapus