Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Hal Yang Sudah Saya Tinggalkan



Sebentar lagi umur saya genap 42 tahun. Sudah sangat matang dan dewasa sebagai seorang wanita, istri dan ibu. Usia yang makin bertambah dan hidup yang terus bertumbuh, ternyata secara bertahap banyak hal yang mulai dan sama sekali saya tinggalkan.

Setidaknya ada 7 hal yang sudah saya tinggalkan sejak beberapa tahun terakhir. Apakah saja itu ?

1.       Nongkrong di kafe

Saya tidak tahu apakah meninggalkan kebiasaan nongkrong atau nongki di kafe ini akibat sudah jenuh atau memang sudah merasa bukan masanya lagi bagi saya di usia sekarang. Ya, nongki di kafe sudah saya lakukan sejak lajang 20 tahun lalu di saat kafe-kafe belum sebooming saat ini. Waktu itu belum ada wifi gratisan dan kafe estetik tapi senang aja nongki di kafe sambil ngobrol tak jelas dengan teman-teman.

Ketika kafe-kafe booming dengan segala keestetikannya dan media sosial gegap gempita menampilkan foto-foto di tempat-tempat estetik, saya merasa paling wajib untuk ikut memamerkannya di medsos. Ketika ada kafe-kafe baru, saya merasa paling wajib datang ke sana untuk mencoba menu dan berfoto di setiap sudutnya hahaha

Sekarang ini ketika kafe-kafe makin menjamur, saya merasa santai saja dan tak merasa iri melihat foto-foto orang berseliweran di medsos. Istilah anak gaul sekarang “ B aja” melihatnya. Kalaupun masih ada pergi sesekali itu memang pengin mencari makan atau minum. Tapi setelah itu bayar dan pulang. Tak perlu lagi nongki lama-lama dengan kawan-kawan.

 

2.       Arisan

Sekarang ini saya benar-benar tidak ada ikut arisan. Arisan dalam arti kumpul-kumpul di suatu tempat, bayar arisan dan kemudian berfoto ria. Arisan dan nongkrong di kafe atau tempat makan ini ada kaitannya. Karena biasanya diadakan di kafe dan tempat makan.

Entah jenuh atau apalah saya juga tidak tahu. Yang jelas saya merasa sangat plong ketika tidak ikut arisan yang harus mewajibkan saya keluar rumah setiap minggu. Ternyata sekarang itu hidup sangat indah tanpa harus menyisihkan waktu keluar rumah untuk arisan di hari libur. Padahal jika diingat-ingat, dulu tiap sabtu dan minggu itu bisa diisi dengan arisan. Bermacam-macam arisan dari perkumpulan nyonya sosialita, majelis taklim, RT, koperasi dan paguyuban.

Saya sejak beberapa waktu terakhir lebih bahagia menghabiskan waktu bersama keluarga kecil di rumah atau pergi jalan kemana. Meski terkesan tidak punya pergaulan, gank atau semacamnya saya bahagia bisa memilih hal yang menyenangkan diri sendiri dan keluarga.

 

3.       Perang koment di Media Sosial

Dulu saya sangat suka berkomentar di akun-akun media nasional atau akun gosip. Jika ada isu baru atau berita yang lagi hangat, saya kadang perang koment di media sosial. Pokoknya jika ada yang nyentil atau bersebarangan dengan koment saya, akan saya balas terus. Pokoknya tak mau kalah hahaha. Sekarang ini sudah meninggalkan perang koment tersebut dan ternyata hidup saya lebih baik. Kalau pun saya masih berkomentar di sejumlah berita, itu bukan untuk perang komentar tapi sekadar koment saja.

 

4.       Teman Julid dan Toxic

Teman julid dan toxic sudah saya tinggalkan sejak lama di media sosial dan di dunia nyata. Untuk media sosial biasanya saya batasi pertemanan. Sedangkan di dunia nyata saya berusaha agar tidak bertemu secara langsung dengannya. Jikapun harus ketemu saya bersikap menjaga jarak dan bersikap seadanya. Itu semua saya lakukan demi kesehatan jiwa dan raga saya. Demi kewarasan dan kebahagiaan saya.

 

5.       Sifat tidak enakan

Ternyata bersikap tegas dan membuang sifat tidak enakan itu membuat jiwa dan raga lebih sehat. Dulu karena tidak enakan dengan seseorang karena jabatannya atau pengaruhnya membuat saya merasa harus bersikap “mengiyakan” atau “tunduk”. Tapi sejak beberapa tahun terakhir saya tidak peduli lagi dengan jabatan dan status mereka.

 

6.       Menjadi Intel ala Netizen

Ini mungkin sebuah kekonyolan yang luar biasa yang pernah saya lakukan. Tapi kadang saya takjub juga dengan kelakuan konyol saya dulu. Bisa mencari seakar-akarnya tentang public figure yang lagi berkasus atau viral atau sebuah isu melalui media sosial. Sekarang saya tidak peduli dengan gosip publik figur. Jika pun ada kasus besar saya cukup menyimak dan tak perlu ikutan jadi intelijen ala netizen. Mending sekrol tiktok melihat konten konten lucu yang menghibur dan bikin ketawa.

 

7.       Membeli emas perhiasan

Dari lajang saya suka membeli emas perhiasan. Ketika menikah membeli emas perhiasan makin menjadi-jadi. Pokoknya setiap tahun itu merasa wajib aja ganti model perhiasan. Jadi perhiasan yang lama ditukar tambah dengan model yang baru. Ternyata saya pernah senorak itu hehehe

Sejak beberapa tahun terakhir saya lebih fokus kepada investasi logam mulia. Meski punya emas tapi memang tidak perlu orang tahu dan harus dipakai, namun mempunyai nilai yang lebih tinggi dari perhiasan.

Tulisan ini mungkin terkesan remeh, tapi bagi saya adalah bagian dari evaluasi diri dan sebagai pengingat. Jika nanti ada yang bertambah lagi tentang hal-hal yang sudah saya tinggalkan akan saya tulis lagi.

 

 

 

 

2 komentar untuk "7 Hal Yang Sudah Saya Tinggalkan "

  1. No 3 dan no 6 mengejutkan kak !
    Hahahahaha
    Gak percaya ada yg beneran serius di circle-ku yg bersikap begini

    Salut kak,
    Berani jujur dan meninggalkan hal yg tdk nyaman

    Makin bertumbuh,
    Makin dewasa ya kita bersikap
    Tetap private emang lbh nyaman
    Baik ttg harta maupun pergaulan

    BalasHapus
  2. terima kasih ya author..... bermanfaat banget tulisannya. beberapa hal ada yang idem ......

    BalasHapus