Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hape Pertama : Norak-norak Bergembira dengan Siemen C35

Hape pertama saya Siemen C35. Pic dari sini
GA yang diadakan oleh Mak Isti'adzah Rohyati ini benar-benar akan mengungkap kenorakan saya saat mempunyai hape pertama pada 12 tahun silam. Mempunyai hape pada tahun 2002 menurut saya termasuk tidak terlalu ketinggalan. Karena pada saat itu masih banyak orang yang belum punya hape. Berbeda dengan beberapa tahun terakhir yang mana bocah masih TK saja sudah dibekali hape.

Waktu itu saya belum terlalu berminat untuk membeli hape. Karena selain harganya yang masih sangat mahal, saya merasa belum terlalu penting untuk memilik hape. Sebab keluarga di kampung halaman saya belum mempunyai hape dan sinyal telepon seluler juga belum ada . Untuk berkomunikasi dengan orang tua dan keluarga, saya masih menggunakan jasa telepon biasa melalui wartel dan surat. 

Untuk berkomunikasi dengan rekan kerja dan relasi saya lebih suka memanfaatkan fasilitas kantor, yaitu telepon di kantor atau kalau sedang di lapangan saya menggunakan wartel yang pada masa itu tersebar di mana-mana. Bagi saya pribadi merasa tidak ada kendala yang berarti dengan tidak memiliki hape. Tapi tetap ada sejumlah protes dari relasi kerja, karena hanya bisa menghubungi saya melalui telepon kantor. Sementara saya sering beraktifitas di lapangan.

Semula protes itu saya abaikan, tapi ketika teman-teman makin banyak menggunakan hape dan saya makin dikompori untuk membeli hape, akhirnya saya mulai tertarik untuk memilikinya. Saya pun melakukan survei harga hape ke sejumlah toko dan semuanya membuat saya meringis karena harganya paling murah Rp 1-2 juta. Untuk membeli hape seken saya takut kondisinya nanti mengecewakan.

Niat untuk membeli hape kembali surut, namun suatu hari seorang teman kantor mengatakan hendak menjual hapenya.Hape Siemen C35 itu terbilang masih mulus karena memang baru beberapa bulan dibeli teman. Ia menjualnya karena butuh uang. "Sebenarnya sayang kalau saya jual hape ini, tapi karena butuh uang ya saya lepaslah kalau kamu mau beli," ujarnya memelas.

Akhirnya dengan alasan membantu teman dan percaya kepadanya jika hape itu belum pernah jatuh apalagi masuk air, saya membeli hape itu seharga Rp 750 ribu. Entah mengapa ketika hape berwarna hitam itu berpindah tangan ke saya, langsung deh norak-norak bergembira. Tak sabar ingin menelpon teman-teman dan relasi saya.Tapi sim cardnya belum ada. 

Tanpa menunggu esok hari atau sore, saya langsung pergi membeli kartu perdana ke sebuah konter hape di mall. Waktu itu membeli kartu perdana s*****i masih muahal Rp 250 ribu dengan pulsa 100 ribu di dalamnya. Tapi saya senang karena mendapat nomor yang cantik dengan tiga angka di belakang berurutan yakni 123. Nomor hape itu masih saya pakai sampai sekarang.

Usai membeli kartu perdana saya kembali ke kantor. Kadar kenorakan tidak terbendung lagi. Saya memasukan nomor teman dan relasi yang selama ini dicatat di buku telepon. Saya tidak sabar memberitahu mereka kalau saya sudah punya hape.

Padahal untuk memberitahu mereka saya bisa melakukannya dengan mengirim pesan atau short message service (sms). Tapi karena dasar norak, saya menelpon mereka satu persatu. 

" Halooo.....ini nomor hape saya ya. Tolong disimpan....bla bla.bla...." ujar saya dengan bangga plus norak. Psst ...itu suaranya waktu nelpon lumayan keras lho..maklum sedang semangat 45 hehehe.

Ada yang mengerti kenorakan saya karena baru punya hape baru. Tapi ada juga yang protes, seperti salah seorang relasi saya ini. " Wah macam orang kampung saja teriak-teriak kasi tahu punya hape baru. Untung tadi aku tak sempat rekam, kalau sempat aku masukan suaramu di radio,"protes seorang relasi sambil bercanda.

Tidak hanya memberi tahu teman dan relasi yang nomor hape mereka saya catat di buku telepon. Saya juga mengisengi teman-teman yang nomor hapenya tidak ada saya catat tapi minta ke teman kantor. Caranya mungkin sama dengan banyak orang yang baru punya hape waktu ya (ngaku donk) yakni dengan memiskol atau mengirim sms aneh-aneh.

Mereka yang saya miskol berulang kali ada yang menelpon ulang dan saya dengan noraknya akan mengatakan kalau itu nomor saya dan meminta mereka menyimpannya. Ada juga yang marah dengan mengirim sms agar jangan mengganggu dia hiks. Tapi ada juga yang membalas sms dan melayani candaan saya.

Eh sedang asyik-asyik bernorak ria dengan hape baru, tiba-tiba saya tidak bisa untuk mengirim pesan. Saya panik dan bertanya kepada teman. "Mungkin pulsamu habis, dari tadi sibuk nelpon dan sms melulu sih," ujarnya setengah ngomel.

Ternyata setelah saya cek, pulsa saya tinggal Rp 120 rupiah hiks. Lemas rasanya karena pulsa 100 ribu lenyap dalam waktu hanya 2 jam. Ada perasaan kesal dan mau nangis. Tapi ada juga rasa lucu mengingat kenorakan saya yang sibuk mengutak-atik hape, pamer sana sini dan akhirnya kehabisan pulsa.

Teman sekantor yang melihat ekspresi wajah saya hanya bisa tertawa dan mengolok-olok kenorakan saya dengan hape pertama. Tapi, ya sudahlah yang penting sudah punya hape dan bisa gaya hehehe. Usai pulang kantor saya kembali membeli pulsa Rp 50 ribu saja, niatnya untuk bernorak ria di kost-an hehe.

Di atas angkot saya sibuk memencet-mencet hape itu. Sibuk mencari nada dering monophonic yang pas atau sok-sok sibuk mengirim sms. Di kamar kost, tanpa tukar pakaian saya masih sibuk mengutak atik hape itu. Mungkin kalau hapenya bisa teriak, dia mungkin sudah teriak agar diberi istirahat sebentar saja. Nyatanya hp itu sudah mulai terasa panas dan baterainya sudah tinggal 1 balok. 

Bunyi nada dering yang berubah-ubah sukses membuat tetangga kamar kost melongokan kepalanya ke kamar saya. "Waah...hape baru ya...mereknya apa, berapa harganya..bla bla bla..." 

Akhirnya hape itu bisa istirahat juga ketika baterainya drop dan harus dicas. Cuma saya yang tak sabar supaya itu baterainya cepat penuh. Masih ingin bernorak ria hehehe

Hape Siemen C35 itu termasuk hape yang bagus lho. Maklum orang norak baru punya hape, jadi  hape selalu dibawa kemana-mana. Suatu hari hape itu tercebur masuk ke dalam bak kamar mandi kost dan ternyata masih bisa diperbaiki. Bayangkan kalau terjadi pada hape produksi sekarang, pasti langsung say good bye. Pernah juga hape itu terbanting dan terinjak, tapi tetap saja tidak eror dan masih bisa digunakan.

Saya hanya memakai Siemen C35 ini kurang lebih 2 tahun karena saya berikan ke adik saya di kampung. Karena di kampung halaman saya sudah ada sinyal telepon seleluer, sehingga lebih memudahkan saya berkomunikasi dengan keluarga. Sebagai gantinya saya masih tetap jatuh cinta pada Siemen namun seri yang lebih baru dan tidak pakai antena. 

ini cerita saya dengan hape pertama, mana ceritamu ? Yuk ikutan juga GA Mak Isti'adzah Rohyati sekalian mengenang kisah dengan hape pertama :) 







Posting Komentar untuk "Hape Pertama : Norak-norak Bergembira dengan Siemen C35"