Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Sekedar Narsis, Yuk Menulis : Memaknai Lebih Dalam Peringatan Hari Kartini

Peringatan Hari Kartini tanggal 21 April lalu baru saja selesai. Berbagai macam kegiatan diadakan dalam rangka memperingatinya Salah satu kegiatan yang rutin tiap tahunnya adalah Lomba Fashion Show Kebaya ala Kartini, baik di sekolah, di organisasi wanita, kantor, perusahaan dll.

Kadang saya berpikir, apakah yang terbersit di benak mereka yang mengadakan lomba kontes kontesan itu hanya sanggul dan kebaya melulu ? Seperti kegiatan lomba fashion show yang diadakan oleh organisasi wanita yang mana saya saya ikut menjadi pengurusnya. Saya tidak bisa berbuat banyak dan memaksakan kehendak untuk mengadakan kegiatan yang lebih smart. Karena saya tak berdaya untuk bisa mengalahkan suara-suara yang masih condong kepada kegiatan monoton tersebut. 

Masih teringat ketika 3 tahun lalu saat saya pernah mengusulkan sebuah kegiatan semacam workshop singkat menulis untuk anggota organisasi wanita, tapi malah ditolak. Padahal pematerinya teman saya yang kebetulan sudah banyak menulis buku dan ia tidak meminta bayaran. Tapi, mirisnya usul saya itu ditolak dan saya yang merasa berjuang sendiri untuk lebih memajukan kwalitas kaum wanita hanya bisa mengurut dada.

Oh ya, selain lomba fashion show memang ada lomba menulis surat dari ibu untuk anak. Pantas saya apresiasi namun minusnya lomba itu masih menggunakan tulisan tangan. Padahal saat ini nyaris semua rumah sudah punya laptop apalagi gadget canggih seperti tablet ?

Tulisan saya ini hanya ingin mencoba mengajak melihat hal lain yang jauh lebih penting dari sekedar acara seperti itu dari peringatan Hari Kartini. Setidaknya mereka harus melihat ke belakang, membaca sejarah apa yang telah dilakukan R.A Kartini untuk memajukan kaum wanita. 

Kartini menuliskan ide-idenya, pemikiran, harapannya untuk kaum wanita ke dalam lembaran-lembaran kertas surat dan dikirimkan ke sahabatnya di Belanda. Bayangkan di tahun 1900-an, masih belum ada ballpoin seperti sekarang, apalagi mesin tik, komputer bahkan laptop apalagi berbagai gadget canggih. 

Kartini dahulu menuliskan berlembar-lembar suratnya itu dengan tinta. Ia harus mencelupkan penanya ke tinta dan menuliskannya, kemudian mencelupkan lagi dan begitu berulang kali. Bayangkan saja betapa repotnya dan betapa lamanya sebuah surat baru bisa diselesaikan oleh Kartini.Tapi ia tetap semangat menuliskannya karena ia tak ingin pemikiran-pemikirannya itu hanya terpendam di dalam kepalanya.

Nah, sekarang para wanita khususnya harus lebih bersyukur karena berbagai kemudahan terpampang di depan mata. Mau menulis sudah ada laptop dengan berbagai fitur canggih yang sangat memberikan kemudahan saat menulis. 

Namun apa yang terjadi, semangat Kartini dalam menuliskan ide-idenya itu sepertinya tidak diikuti banyak wanita khususnya di Kota Tanjungpinang. Sangat sedikit wanita yang mau menuliskan ide dan pemikiran mereka.

Padahal di tanah Melayu ini pada masa lampau juga punya perempuan penulis yang hebat seperti Raja Aisyah Sulaiman dan Khatijah Terung dll.. Namun, gairah kepenulisan di kota ini sepertinya terbawa ombak entah kemana.

Okelah para wanita itu tidak usah menulis hal-hal yang serius seperti menulis di bidang sastra. Cukuplah mereka menuliskan hal-hal yang ringan, tentang apa yang mereka lakukan baik itu pekerjan, hobby, impian dan hal-hal ringan lainnya.

Menulisnya pun tidaklah harus dengan gaya bahasa baku, namun cukup dengan gaya bahasa sendiri asalkan ditulis dalam bahasa Indonesia yang jelas dan bisa dimengerti. Intinya menulislah.

Dengan boomingnya berbagai sosial media dan didukung oleh gadget keren, banyak para wanita yang eksis di dunia sosialita di dunia maya. Misalnya setiap mengikuti berbagai kegiatan asyik bernarsis ria, foto sana foto sini dan kemudian diposting di berbagai media sosial seperti fesbuk, instagram atau di BBM.

Padahal mereka bisa menuliskan tentang kegiatan yang mereka ikuti dengan gaya bahasa mereka sendiri. Banyak manfaat dari menuliskan apa yang telah mereka lakukan, apalagi saat mengikuti berbagai acara dan kegiatan tersebut, mininal untuk diri mereka sendiri yang suatu suatu saat bisa dibaca kembali.

Saya pribadi prihatin dan ingin menularkan semangat menulis ke mereka, khususnya teman-teman wanita yang aktif di berbagai organisasi. Saya ingin mengajak mereka tidak sekedar narsis dan eksis di berbagai sosial media tapi juga harus menulis.

Semoga niat saya ini didukung oleh teman-teman yang punya rasa keprihatinan yang sama dan mempunyai semangat  yang sama mengajak perempuan menulis. 





Posting Komentar untuk "Jangan Sekedar Narsis, Yuk Menulis : Memaknai Lebih Dalam Peringatan Hari Kartini"