Pelabuhan Terakhir Itu Bernama Ibu
Tadi saya menyaksikan acara reality show di sebuah TV swasta, yang mana seorang anak yang bertahun-tahun meninggalkan ibu dan anaknya, kembali mencari mereka.Akhirnya pencarian itu membuahkan hasil meski kondisi ibu dan anaknya sangat jauh dari yang ia pikirkan.Melihat tayangan itu saya teringat kembali dengan kalimat guru waktu di SMA yang mengatakan Pelabuhan Terakhir itu Bernama Ibu.Kata beliau,sehebat apapun anak dan sejelek apapun seorang ibu, yang jelas suatu saat dia akan kembali ke sang ibu, sebagai pelabuhan terakhirnya, untuk bercerita, berkeluh kesah dan meminta kasih sayang yang tulus.
Kondisi memang saya rasakan sendiri dan saya banyak melihat, bagaimana seorang wanita dan pria yang sudah menikah, masih sering mengadu kepada ibunya.Bahkan ada pria yang sudah beristri yang masih sering bahkan tiap hari ke rumah ibunya, hanya untuk menikmati masakan atau mendengar omelan khas sang ibu.
Beruntunglah kita yang masih punya ibu dan makin mencintainya seiring bertambahnya usianya.Sedangkan bagi kita yang jauh dari ibu, tentu komunikasi harus terjalin sebagai wujud kita sangat memperhatikan dan mencintainya.
Sedangkan bagi kita yang mungkin mempunyai hubungan yang renggang dengan ibu, alangkah bijaknya untuk mendekatkan lagi hubungan itu.Karena bisa saja saat ini kita yang merasa memang tidak butuh beliau, dengan alasan sudah punya segalanya.Tapi, segala sesuatu bisa terjadi dalam hitungan detik dan pada akhirnya kembali bersandar pada pelabuhan terakhir, yakni sang ibu.
Kasih ibu sepanjang jalan tapi kasih anak juga bisa terus berjalan.Memang tidak ada yang bisa menggantikan surga yang ada di bawah telapak kaki ibu.
Kondisi memang saya rasakan sendiri dan saya banyak melihat, bagaimana seorang wanita dan pria yang sudah menikah, masih sering mengadu kepada ibunya.Bahkan ada pria yang sudah beristri yang masih sering bahkan tiap hari ke rumah ibunya, hanya untuk menikmati masakan atau mendengar omelan khas sang ibu.
Beruntunglah kita yang masih punya ibu dan makin mencintainya seiring bertambahnya usianya.Sedangkan bagi kita yang jauh dari ibu, tentu komunikasi harus terjalin sebagai wujud kita sangat memperhatikan dan mencintainya.
Sedangkan bagi kita yang mungkin mempunyai hubungan yang renggang dengan ibu, alangkah bijaknya untuk mendekatkan lagi hubungan itu.Karena bisa saja saat ini kita yang merasa memang tidak butuh beliau, dengan alasan sudah punya segalanya.Tapi, segala sesuatu bisa terjadi dalam hitungan detik dan pada akhirnya kembali bersandar pada pelabuhan terakhir, yakni sang ibu.
Kasih ibu sepanjang jalan tapi kasih anak juga bisa terus berjalan.Memang tidak ada yang bisa menggantikan surga yang ada di bawah telapak kaki ibu.
iya..saya setuju..dan kebetulan saya nonton acara itu (walaupun hanya bagian akhirnya).
BalasHapushormati ibu kita (dan ayah juga), maka hidup kita akan bahagia..
thanks for sharing..