Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

wartawan kloning

Ini lagi-lagi hasil dari curhat teman saya.Katanya ia bete karena ada wartawan yang bisanya cuma nyontek alias dalam istilah pers dikenal dengan wartawan kloning.
Kalau cuma minta informasi untuk pelengkap berita tidak apa, tapi ini meminta berita yang sudah jadi.Weleh-weleh...macam mana sebuah perusahaan pers bisa merekrut wartawan seperti itu ?
Harusnya jika melihat kondisi perusahaan yang namanya sudah besar, mestinya merekrut wartawan yang tidak hanya bisa menanya atau wawancara saja.Tapi juga bisa membuat berita.

Apa tidak ada pelatihan ? tidak mungkin donk....
Mendengar cerita teman saya itu, saya hanya bisa tersenyum.
Bukan satu kali saya melihat dan mendengar hal seperti itu
Dalam hitungan saya sudah ada tiga kejadian seperti itu.Tapi mereka yang punya sikap seperti itu tidak bertahan di industri pers alias cabut dalam beberapa bulan.
Ternyata modal ijazah sarjana bukanlah modal nomor satu untuk menjadi seorang pekerja pers.Kemampuan dalam mencari dan mengolah berita jauh lebih penting.
Tapi mengapa ya ? urusan ijazah lebih dinomor satukan ? nyatanya banyak yang tidak berijazah sarjana mampu bekerja lebih baik daripada mereka yang sarjana.
Apakah syarat sarjana dijadikan sebagai prestise bagi sebuah perusahaan pers dalam merekrut pekerjanya ?Biar kelihatan lebih bonafit ?
Wallahualam jawabannya..tapi semoga saja tidak ada lagi wartawan kloning yang hanya bermodalkan mulut manis meminta belas kasihan rekan-rekannya.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan seseorang..tapi hanya sebuah opini melihat fakta yang memiriskan

Posting Komentar untuk "wartawan kloning"