Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Menyikapi Kesedihan Ketika Ditinggal Orang Tersayang

 


Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian. Mau tidak mau atau siap tidak siap semua orang akan melaluinya. Tentang siapa yang akan dahulu mengalaminya itu adalah rahasia Tuhan. Bisa saja orang tua kita, adik kita, anak, suami bahkan kita sendiri. Tidak ada yang tahu kapan maut akan menjemput kita.

Meski kita menyadari kematian itu pasti dan kita akan kehilangan satu persatu anggota keluarga dan orang terdeka, tapi tetap saja pada saat moment itu datang, rasa sedih, bingung, takut, galau dan rasa lainnya bercampur aduk.

Saya pernah kehilangan ayah tercinta. Saat itu posisi saya di rantau atau kota lain dan ayah saya di kampung. Kabar duka itu datang siang jelang sholat jumat. Kaget luar biasa. Hanya bisa menangis dan seketika otak blank.

Saya sangat bingung karena posisi saya berada di kota yang jauh. Untuk mencapai kampung halaman harus melewati perjalanan laut, udara dan darat. Maklum saya merantau di daerah kepulauan.

Mau pulang kampung pada hari itu sangat tidak mungkin karena saya benar-benar lemas dan blank. Belum lagi anak masih balita yang tidak bisa dibawa dalam keadaan saya berduka dan shock. Akhirnya suami mengalah menunggui anak dan saya balik kampung keesokan harinya.

Kenapa esok hari ? karena jadwal pesawat untuk ke kampung halaman pada hari itu tersisa siang hari pukul 2 siang. Dari rumah saya ke bandara harus naik kapal selama 1 jam. Dari pelabuhan ke bandara lebih kurang 30 menit. Sedangkan waktu check in semepet-mepetnya 1 jam sebelum boarding.

Sedangkan saya mendapatkan kabar duka pukul 11 siang. Waktu yang sangat mepet untuk mengejar pesawat pukul 2 tersebut. Jika pun itu terkejar dan semua lancar tanpa ada delay dari penerbangan, saya sampai di kampung jelang magrib karena perjalanan udara ke kampung yang hampir 2 jam dan perjalanan darat ke rumah lebih kurang 1 jam. Sedangkan jenazah harus dikebumikan siap ashar.

Akhirnya dengan ikhlas saya menyampaikan ke keluarga jika saya tidak bisa pulang pada hari itu dan meminta agar jenazah dikuburkan setelah Ashar. Bagaimana perasaan saya ? meski ikhlas tapi ada kecewa, sedikit marah pada diri sendiri yang saya sendiri juga tidak tahu sebabnya.

Ketika sampai di kampung dan hanya menemui pusara almarhum, rasa campur aduk makin menjadi. Tapi akhirnya hanya pasrah pada ikhlas supaya almarhum tenang di sisi-NYA. Tapi jujur rasa bersalah, dan sedih masih tersisa ketika saya kembali ke tanah rantau meski saya berusaha terlihat baik-baik saja. Namun saya menyadari ada yang berubah pada diri saya.

Ternyata menurut Stroebe & Schut beberapa gejala yang umum dirasakan orang yang mengalami kesedihan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori berbeda: secara fisik ditandai dengan sulit tidur hingga kehilangan nafsu makan, kognitif seperti sulit fokus terhadap satu hal, emosional seperti rasa bersalah dan marah terhadap keadaan, interpersonal ditandai dengan menarik diri dari pergaulan, terakhir adalah perubahan gaya hidup dari keadaan sebelumnya.

Dari gejala di atas saya mengalaminya. Diantaranya sulit tidur, mudah menangis dan menarik diri dari pergaulan. Saya yang dulu suka ngumpul-ngumpul mulai menarik diri dari berbagai arisan. Entah mengapa saya merasa gaya hidup mulai berubah dari sebelumnya.

Dari kehilangan ayah saya makin menyadari betapa keluarga itu sangat berharga semasa hidup. Saya makin mencintai keluarga kecil saya, suami dan anak satu-satunya. Prioritas hidup saya adalah mereka. Saya lebih memilih menghabiskan waktu libur bersama mereka di rumah atau jalan-jalan bersama daripada sibuk ikut arisan ini itu.

Intinya, saya ingin menghabiskan hidup di luar waktu kerja untuk keluarga kecil saya. Menabung sebanyak mungkin moment kebersamaan dan bahagia sehingga menjadi kenangan indah bagi anak jika suatu saat kami sudah tidak ada di dunia ini.

Ternyata apa yang saya lakukan adalah bagian dari cara melewati kesedihan menurut sejumlah ahli khususnya psikiater. Ada berbagai tips yang dapat dilakukan untuk dapat melewati kesedihan:

  1. Sadari bahwa kesedihan adalah hal yang normal

Elisabeth Kübler-Ross seorang penulis sekaligus psikiater yang berasal dari Amerika-Swiss, mengatakan ada lima tahapan kesedihan secara umum yang dituliskan dalam buku “The Five Stages of Grief”: Penyangkalan (Denial), Marah (Anger), Menawar (Bargaining), Depresi (Depression) dan Menerima (Acceptance). Berdasarkan teori ini disimpulkan bahwa kesedihan adalah hal normal yang harus dilalui. Dibandingkan menyangkal setiap fase kesedihan, baiknya dengarkan dan berikan waktu, sadari bahwa perasaan ini akan berlalu.

  1. Menangis itu perlu

Studi dari Frontiers in Psychology salah satunya mengungkapkan menangis dapat melepaskan oksitosin dan endorfin. Sehingga menangis memiliki efek langsung untuk menenangkan perasaan seseorang.

  1. Bercerita pada keluarga atau orang terdekat

Bercerita dapat melegakan beban kesedihan. Apalagi jika kita bercerita pada orang yang pernah mengalami hal yang sama tentunya memberikan kekuatan dan perasaan tidak sendiri.

  1. Cari kegiatan yang disukai

Melakukan kegiatan yang disukai dapat membantu meningkatkan mood dan bentuk menyayangi diri sendiri. Misalnya menonton film, berjalan-jalan ataupun sekedar menulis sekaligus bentuk terapi rasa kesedihan.

Pada hakikatnya setiap individu memiliki waktu dan caranya sendiri dalam menghadapi kesedihan. Ada yang melewati fase satu ke fase lainnya dalam hitungan hari bahkan jam, ada pula yang lebih lama. Namun, jika kesedihan semakin berlarut dan berujung menjadi keputusasaan, hal ini dapat berisiko menjadi depresi. Sebelum hal itu terjadi, disarankan untuk menghubungi orang yang lebih berpengalaman untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.

Salah satunya FWD Insurance yang tidak hanya menghadirkan layanan Asuransi Kesehatan dan Asuransi Jiwa tapi juga menghadirkan FWD Care Recovery Plan. Jadi FWD Recovery Plan merupakan layanan tanpa tambahan biaya dengan menawarkan manfaat lebih panjang (pasca-klaim) melalui dukungan fisik dan emosional yang bervariasi. Mulai dari layanan mental konseling hingga bantuan konsultasi hukum yang bisa dimanfaatkan oleh tertanggung atau anggota keluarga hingga 6 (enam) bulan sejak pertama kali Anda mengaktivasi layanan tersebut.

Di sini Anda bisa mendapatkan pendampingan terpercaya dari tenaga ahli serta layanan khusus untuk membantu kamu dan keluargamu dalam melalui masa sulit. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang layanan FWD Care Recovery Plan, silakan mengakses melalui website fwd.co.id/fwdcare atau menghubungi FWD Customer Care di 1500 525.

 

 

Posting Komentar untuk "Cara Menyikapi Kesedihan Ketika Ditinggal Orang Tersayang "