Alasan Saya Memilih Sekolah Full Day untuk Anak
Dalam beberapa bulan lagi Fitry,
anak saya akan tamat TK dan melanjutkan ke sekolah dasar. Sempat ada perdebatan
dengan suami tentang sekolah dasar mana yang akan dimasuki anak saya. Bahkan
suami sempat menganggap saya hanya ingin pencitraan. Namun akhirnya saya tetap
menang, yakni memasukan anak ke sekolah full day di sebuah sekolah dasar islam terpadu (SDIT) di kota saya.
Suami saya awalnya minta Fitry didaftarkan di sekolah dasar negeri. Katanya biayanya murah dan sepulang sekolah bisa menemani neneknya. Sementara saya tidak mau, karena menurut saya banyak hal dianggap gampang oleh suami, ternyata ribet dan malah membuat anak saya tidak nyaman.
Suami saya awalnya minta Fitry didaftarkan di sekolah dasar negeri. Katanya biayanya murah dan sepulang sekolah bisa menemani neneknya. Sementara saya tidak mau, karena menurut saya banyak hal dianggap gampang oleh suami, ternyata ribet dan malah membuat anak saya tidak nyaman.
Kami keluarga kecil tinggal
bertiga, saya, suami dan anak di rumah sendiri. Sementara mertua alias nenek
Fitry tinggal di rumah berbeda berjarak sekitar 1 km. Jika anak saya dimasukan
ke sekolah dasar negeri, yang pulang sekolahnya siang, tentu Fitry harus diantar
ke rumah neneknya. Karena di rumah kami tidak ada orang sebab saya dan suami
masih bekerja hingga sore.
Di rumah neneknya Fitry juga
tidak ada yang mengurus, karena neneknya sudah uzur. Selain itu saya juga tidak
bisa menjemput saat bubar sekolah, karena lokasinya jauh dari kantor saya.
Apalagi suami saya yang lokasi kantornya berjarak belasan kilometer dari
sekolah dasar negeri tersebut.
Jika naik ojek langganan, saya
mengkhawatirkan keselamatan anak saya yang harus dibonceng orang lain. Begitupun
dengan jemputan mobil yang masih saya ragukan pelayanannya. Belum lagi soal
makan siang dan urusan mengajinya. Akhirnya saya mengemukakan beberapa alasan
yang membuat suami mengalah.
Alasan itu antara lain :
·
Sekolah full day cocok dengan Fity, karena sejak
TK dia sudah langsung dititip di yayasan sekolah hingga sore. Usai bubar
sekolah jam 11, Fitry bersama anak-anak lainnya dijemput oleh mobil yayasan dan
diantar ke penitipan yayasan yang berjarak 1 kilometer.
Di penitipan,
semua terurus baik itu makan siang, tidur siang, sholat, mengaji dan bermain.
Jadi aktivitas Fitry lebih kurang sama sekolah fullday. Intinya dia sudah
terbiasa dengan aktifitas dari pagi sampai sore.
·
Biaya sekolah fullday kurang lebih sama dengan
biaya yang sudah dikeluarkan untuk sekolah TK,, biaya penitipan dan catering
makan siang.
·
Jika Fitry masuk sekolah dasar negeri biasa yang
dijemput oleh ojek langganan, biayanya kurang lebih 200 ribu. Jika tukang ojek
itu sekalian mengantar jemput ke tempat mengaji sore hari, setidaknya biayanya
sekitar 400-500 ribu. Untuk makan siang harus catering karena dia tidak cocok
dengan masakan di rumah neneknya sekitar 300 ribu/bulan. Itu belum termasuk
uang jajan. Jadi saya harus mengeluarkan dana sekitar 700 ribu/bulan untuk sewa
ojek dan catering.
·
Jika Fitry sekolah full day, biaya yang dikeluarkan
untuk SPP Rp 500 ribu, catering Rp 300 ribum jajan 150 ribu. Total biaya hanya
Rp 950 ribu.
·
Sekolah full day juga satu yayasan dan lokasinya
persis di depan penitipan. Jadi Fitry sudah nyaman dengan lingkungannya.
·
Sekolah full day juga ada tidur siang
·
Sekolah full day mengutamakan pendidikan agama
dan akhlak
·
Sekolah full day cocok dengan karakter Fitry
yang merupakan anak kinestetik. Sebab di sana ada kelas yang bisa mengembangkan
bakat dan minat anak seperti Fitry.
·
Fitry akan belajar lebih mandiri, karena selama
di sekolah akan mengurus diri sendiri dari pagi hingga sore. Berbeda jika ia
harus tinggal di rumah neneknya usai pulang sekolah, yang akan banyak diatur
oleh neneknya. Selain itu kami masih punya banyak waktu untuk Fitry seperti biasanya pada Sabtu dan Minggu karena sekolah full day hanya sampai jumat.
Itulah
alasan saya ngotot mendaftarkan Fitry ke sekolah full day yang satu yayasan
dengan TK tempat ia belajar sekarang. Ada yang juga anaknya sekolah full day ?
sharing donk alasannya.
Kalau satu yayasan gitu jadi ga perlu adaptasi lagi ya
BalasHapusMenurut teman yang anaknya full day kalau dihitung2 memang lebih murah. Karena sudah komplit mengaji dan Les. Kalau sekolah biasa, sorenya juga harus les dan mengaji lagi, dan pastinya uang saku minta lagi. :)
Haha aku belum punya anak mbak, tapi kalau soal.pendidikan anak, nantinya, aku memilih memberi pendidikan yg sesuai untuknya, diberi pendidikan formal sekaligus di rumah diberi pendidikan tambahan berupa pembelajaran ilmu2yg tidak diajarkan di sekolah formal
BalasHapusIya ya mbak, jatuhnya sama aja itu. Tapi yang penting anaknya ga bosan aja :D
BalasHapusAku nanti kalau sudha punya anak kayaknya bakalan mikir gini juga deh mbak
Memang sekolah fullday itu alternatif baik utk anak dengan kondisi kedua ortu bekerja menurut saya. Biasanya kita juga sungkan ya merepotkan ortu yg sudah uzur.. Apalagi kalo nitipnya setiap hari, sungkan ya mba
BalasHapusanak saya udah sma kak...fullday juga..tapi tetap aja kalo dah dirumah, segalanya minta dilayani...mungkin efek capek aktifitas diluar, sehingga kalo dah dirumah merdeka dia, mau ini itu tinggal bilang..
BalasHapusMenarik pertimbangannya Uni Ina. Lagipula yg penting Fitrynya betah karena sama dgn sekolah TK nya
BalasHapusSekolah full day emang cocok buat kedua orang tua yang bekerja. Anaknya udah nyaman juga dan ga perlu adaptasi lagi karena udah satu yayasan sama sekolah terdahulu.
BalasHapuswah semoga fitry nyaman di sekolah full day dan semakin pintar pendidikan agama dan ahlaknya
BalasHapusAku juga setuju dengan sekolah full day, anak nggak bakal main-main yang nggak jelas. Dah gitu, mba dan mas nya bekerja, jadi lebih aman di sekolah full day.
BalasHapusWalaupun harganya pasti lebih mahal.
Hmm,, sekolah full day langsung dengan penitipan. Kalo saya sangat setuju sih jika kedua orang tua bekerja. lebih efektif dan kita lebih aman. Boleh nih saya rekomendasi untuk penerapan sistem disini. TFS ya mbak.
BalasHapusSebenernya baik sih selagi muda diajari banyak aktivitas dan mandiri, pun berbagai kegiatan yang positif dan mengembangkan minat. Tapi tetep perlu diimbangi quality time dengan keluarga ya
BalasHapusFullday school lebih cocok dengan zaman now. Cuma masih banyak orang tua yang salah paham yang dimaksud fullday school.
BalasHapusPerhitungan mamak-mamak memang jeli ya. Ada alasan rasional setiap keputusan. Semua demi anak. Semangaaaatt mamaaak !
BalasHapusDi sini ada SD terpadu, tapi orang kampungku jarang yg masukin anaknya ke sana. Di sini ada TPQ dan Diniyyah juga. Jadi anak pagi SD, siang/sore ya di sekolah Alqur'an
BalasHapusSemua sekolah baik, tinggal mana yg cocok sama anaknya
Masih 3 tahun sampai anak saua masuk usia sekolah. Tapi dr sekarang kita udh mulai bahas mau sekolah di mana.
BalasHapusSaya juga inginnya SDIT full day. Tapi, ganggu waktu mainnya enggak sih? Itu yg saya pikirin.
Iya aku juga lebih suka full day.... tapi full day yang gak memberatkan dan anak2 tetap enjoy menikmati masanya berjam-jam di sekolah. Full day bikin anak2 jadi bisa memanfaatkan waktu untuk hal positif.
BalasHapusSepertinya full day cocok untuk anak dengan orang tua yang sibuk bekerja ya Moms. JAdi pengawasan bisa lebih intens oleh guru. Cocok untuk masyarakat perkotaan yang macet juga
BalasHapuskondisi jaman yang membuat kita memperterimbangkan banyak hal ketika memilih sekolah anak, termasuk kk ku yang akhirnya dengan berat hati tahun melepaskan anak pertama untuk ke asrama. karena kalau mau masuk smp favorit di bandar lampung jauh dari rumah dan harus naik kendaraan umum sedangkan ke dua orang tuanya bekerja di kabupaten yang terpisah.
BalasHapusKalau dilihat dari segi kondisi keluarga Mbak Ruziana, full day school memang pilihan tepat untuk Fitry. Semoga itu adalah pilihan yang terbaik sehingga semua pihak dapat diuntungkan. Jangan lupa, di akhir pekan tetap jadwalkan waktu untuk family time.
BalasHapusMenurutku nagus sih. Tapi Fullday school juga harus di barengi dengan perhatian dari kedua orangtua. Ya, terutama saat pulang sekolah. Sebab apapun ceritanya ya masih anak2 pasti sangat butih perhtian ortu. Semoga waktu atau luar jam sekolah bisa di manfaatkan ortu untuk memperlihatkan perhtain untuk nya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusWaw, semoga pilihan yang mbak pilih ini tepat dan terbaik buat anaknya ya mbak. Aku belum punya anak apalagi jodoh, jadi yaa nyimak dulu aja deh. Hihihi.
BalasHapusSemoga pilihannya tepat ya mbak.
BalasHapusAnak saya nggak sekolah, jadi nggak bisa sharing