Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Cinta Bertasbih di Negeri Pantun



Penggarang novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta Habiburrahman El Shirazi, hadir di Negeri Pantun, Kota Tanjungpinang. Kali ini kehadirannya dalam acara bedah buku Ketika Cinta Bertasbih yang juga best seller, Senin (25/8) di Hotel Pelangi.

Kang Abik, begitu panggilan akrabnya diundang oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kepri. Acara tersebut lebih difokuskan untuk kalangan pelajar dan guru pembimbing, daripada peminat sastra, buku bahkan pembaca novel itu sendiri.


Sehingga tak mengherankan ketika lulusan Universitas Al Azhar Kairo itu, menanyakan berapa jumlah hadirin yang sudah membaca novel yang akan dibedah itu, ternyata yang mengangkat tangan hanya belasan orang, dari peserta yang mencapai ratusan tersebut.

Tak ada yang tahu bagaimana perasaan Kang Abik sebenarnya menyaksikan kondisi tersebut, yang mana ia hadir di sebuah acara yang membedah bukunya, namun mereka tidak tahu isi buku tersebut. Senyum simpul memang terukir dibibir penulis yang juga seorang da'i itu, namun dalam hatinya siapa yang tahu.

Panitia hanya membagikan sinopsis isi novel yang terdiri dua seri itu kepada peserta, serta ulasan dari segi sastra oleh penulis lokal Tanjungpinang Abdul Kadir Ibrahim atau Akib.

Tapi, setidaknya tujuan dari panitia menyelenggarakan acara itu, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kepri, Drs Amir Husin, untuk meningkatkan minat baca bisa terwujud. Karena usai mendengarkan pemaparan dari sang pengarang tentang buku yang dikarangnya, setidaknya akan menggelitik mereka yang belum membaca novel itu untuk membacanya.Kemudian beralih untuk mencintai buku dan menjadikan membaca sebagai hobi.

Acara yang molor satu jam itu,juga tidak berlangsung maksimal sesuai dengan inti acara yakni bedah buku. Karena panitia terlalu banyak menghadirkan suguhan pembuka yang sebenarnya tidak wajib dihadirkan, seperti puisi dari seorang pejabat dan pembacaan gurindam dua belas.

Seperti yang diungkapkan oleh Novia, dari perwakilan unsur guru yang diundang. Ia menilai acara seremoni pembuka terlalu banyak, sehingga waktu habis percuma. Sedangkan acara inti berupa bedah buku dan dialog antara hadirin dengan narasumber, khususnya Kang Abik tidak maksimal.

"Ke depan panitia harus tahu apa yang perlu dan wajib dihadirkan dalam sebuah acara. Jangan sampai waktu habis percuma dengan acara yang tidak terlalu wajib ditampilkan. Kita kurang puas karena acara inti berlangsung singkat," sarannya.

Sedangkan salah seorang peserta lainnya juga menyatakan hal yang senada. Namun, ia menambahkan panitia sebaiknya menghadirkan moderator yang lebih berkompeten, seperti dari unsur penulis.

Posting Komentar untuk "Ketika Cinta Bertasbih di Negeri Pantun"